Policy Brief untuk Kebijakan STBM 5 PIlar di Sekolah di Kabupaten Biak Numfor

0
579

RINGKASAN EKSEKUTIF

Minimnya  perilaku  hidup  bersih dan  sehat  di  Kabupaten  Biak Numfor  mendorong  perlunya dilakukan  program percepatan perilaku sanitasi dan hygiene di sekolah. Hal ini karena kelompok anak – anak usia sekolah merupakan kelompok yang paling rentan dalam beresiko penyakit lingkungan seperti diare dan malaria. Selama kurang lebih 6 bulan intervensi Program Wins di Biak Numfor dengan berbagai intervensi, telah memberikan hasil yang signifikan pada  perubahan perilaku dan ketersediaan  sarana  STBM  di sekolah.  Namun,  diperlukan  usaha extra  untuk memastikan keberlangsungan  perilaku  di  masa  mendatang.  Oleh  karena  itu,  adanya  program  Sanitasi Sekolah diharapkan  mampu  untuk  meningkatkan  pengetahuan,  ketrampilan,  sikap  dan  perilaku siswa  dan  guru  di  sekolah tentang penerapan PHBS dan STBM khususnya praktek cuci tangan dan pengelolaan sampah sekolah.

 LATAR BELAKANG 
Perilaku  sanitasi  dan  hygiene  yang  buruk  berkontribusi terhadap  88%  kematian  anak  akibat diare  di  seluruh dunia*. Bagi anak – anak yang bertahan hidup, seringnya menderita  diare berkontribusi  terhadap  masalah  gizi sehingga  menghalangi  anak  –  anak  untuk  mencapai potensi yang  maksimal.  Kondisi  ini  selanjutnya menimbulkan  implikasi  serius  terhadap  kualitas  sumber daya manusia dan kemampuan produktif suatu bangsa di masa mendatang.
Berdasarkan  Riskesdas  tahun  2013,  insiden  dan  period prevalence  tertinggi  untuk  penyakit diare berada  di Propinsi  Papua,  yaitu  sekitar  14.7%.  Dari  data  tersebut, kelompok  umur  yang  rentan terhadap  penyakit  diare adalah  kelompok  balita  dan  anak  –  anak.  Diare  dan malaria, merupakan sedikit  kasus  akibat  tidak  sehatnya lingkungan  di  sekitar  masyarakat.  Peran  penting kebersihan sering  diabaikan.  Padahal,  kematian  dan penyakit akibat diare dan malaria pada umumnya bisa dicegah.  Perilaku  sanitasi  dan  higien  yang  baik  dan dilakukan  secara  rutin  oleh anak  –  anak mampu  untuk mengurangi  resiko  penyakit  diare,  malaria  dan  penyakit lingkungan lainnya.
Di Kabupaten Biak Numfor, sanitasi sekolah masih minim perhatian.  Hal  ini  dapat  terlihat  dari praktek  kebersihan yang  buruk,  sarana  sanitasi  yang  tidak  memadai,  serta tidak  tersediannya  air bersih  merupakan  beberapa  hal yang dapat menciptakan kondisi yang tidak sehat. Selain itu, kurangnya  pendidikan  mendukung  adanya  praktek kebersihan  yang  buruk,  yang  berkontribusi terhadap penyebaran  penyakit  dan  peningkatan  resiko  kematian anak
Di  sisi  lain,  sebagai  tempat  yang  mengembangkan generasi  penerus,  sekolah  perlu  menjaga lingkungannya  dan  mendukung  tumbuh  kembang perilaku  hidup  sehat.  Perilaku  ini  tentunya akan berdampak bagi kesehatan jasmani maupun rohani dan terhindar  dari  pengaruh  negative  yang merusak kesehatan.  Dengan  demikian,  kegiatan  belajar mengajar  juga  akan   menunjang  proses pembelajaran yang  baik  yang  bertujuan  untuk  meningkatkan  derajat kesehatan dan pengembangan siswa secara optimal.
Penyelenggaraan kesehatan lingkungan sekolah sendiri pada  dasarnya,  telah  ditetapkan  dengan Keputusan Menteri  Kesehatan  no.  1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang  pedoman penyelenggaraan  kesehatan lingkungan  sekolah  yang  mengatur  persyaratan kesehatan  lingkungan sekolah  antara  lain  fasilitas sanitasi  sekolah  dan  promosi  kesehatan  di  lingkungan sekolah.
Melalui  program  Sanitasi  Sekolah  akan  mendorong  terwujudnya  perilaku  hidup  bersih  dan sehat  di sekolah melalui pendidikan, ketersediaan sarana dan prasarana sanitasi, partisipasi dan kerjasama komite sekolah  serta  pendampingan  dan  monitoring terhadap sekolah target.
 PENDEKATAN DAN HASIL 
Yayasan  Rumsram  bekerjasama  dengan  Pemerintah  Daerah  Kabupaten  Biak  Numfor  dan Supriori  melalui  Dinas Pendidikan  telah  aktif  mempromosikan  perilaku  hidup  sehat  melalui sanitasi  sekolah  sejak  2012  pada  program Sanitation Hygiene and Water (SHAW) dengan target sekolah sebanyak 61 SD di Biak Numfor. Pendekatan 5 pilar yang dilakukan adalah :
1.  Stop Buang Air Besar Sembarangan (STOP BABS)
2.  Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
3.  Pengelolaan Air Minum dan Makanan dengan Aman
4.  Penanganan Sampah  dengan Baik
5.  Penanganan Limbah Cair dengan Baik
Kondisi  di  lapangan  menunjukkan  bahwa CTPS  merupakan  intervensi  paling  murah yang mampu  memberikan efektifitas  pada pencegahan  penyakit  secara  dominan.  Namun, kenyataannya  kebiasaan  CTPS  masih  memiliki presentasi  paling  rendah.  Hal  ini  terbukti pada data  monitoring  per  tiga  bulan  di  61  SD. Faktor  penyebab rendahnya  pencapaian presentasi CTPS  adalah  ketersediaan  sarana CTPS  yang  tahan  lama,  keterbatasan persediaan air bersih, dan perilaku hygiene itu sendiri. Akan tetapi, pemenuhan terhadap ketiga faktor tersebut tidak serta merta akan menjamin adanya perubahan perilaku yang berkelanjutan.
Dari 61 SD yang diimplementasikan melalui Program SHAW, 20 SD diantaranya diperkuat dengan program Sanitasi Sekolah melalui penyediaan infrastruktur berupa sarana CTPS komunal yang dilaksanakan selama 6 bulan (Juli – Desember 2015).
Berbagai intervensi melalui Program Sanitasi Sekolah telah dilakukan antara lain :
  1. Berkoordinasi bersama POKJA AMPL dan Dinas Pendidikan untuk memastikan adanya dukungan melalui Surat  Edaran Dukungan Keberlanjutan
  2. Berkoordinasi  dengan  staf  pengajar  untuk  terlibat  dalam  sosialisasi  program  Sanitasi Sekolah dan  menjadi pelatih STBM sekolah
  3. Melakukan roadshow ke sekolah – sekolah serta melakukan pemicuan dan pendampingan paska pemicuan
  4. Membangun sarana – sarana CTPS yang lebih tahan lama di 20 SD
  5. Melakukan  promosi  kesehatan  untuk  memastikan  perilaku  tetap  dijalankan  dan  menjaga  serta  memelihara sarana CTPS.
Dari berbagai intervensi tersebut telah mendapatkan hasil yang cukup signifikan yaitu :
  1. Terdapat 8 orang dari 15 peserta (terdiri dari Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan) yang mampu memfasilitasi   atau melatih tentang STBM 5 Pilar di sekolah
  2. Pihak  sekolah,  pemerintah  kampung,  komite  sekolah  dan  masyarakat  memperoleh informasi mengenai 2. pelaksanaan program Sanitasi Sekolah dan telah mendapatkan komitmen dari masyarakat untuk mendukung   pelaksanaan  program  PHBS  /  STBM  di masing  –  masing sekolah.  Dukungan  ini  berbentuk  kontribusi  bahan material local dan tenaga pembangunan sarana CTPS.
  3. Dari 20 SD yang menjadi target program Sanitasi Sekolah, telah terlatih fasilitator sebanyak 20 Kepala Sekolah, 20 guru dan 20 anggota Komite Sekolah dari masing – masing sekolah. 20 SD ini telah memiliki rencana aksi dan rencana kerja sekolah paska pemicuan.
  4. Telah dilakukan promosi sebanyak 40 sesi dengan pemberian materi secara teori di kelas juga praktik perilaku kesehatan.  Sebagai  bahan  promosi  juga  telah  dibuat  film  documenter yang  menyajikan potret  dan  capaian program Sanitasi Sekolah di Biak Numfor.Telah tersedianya fasilitas CTPS di 20 SD yang digunakan sekitar 30 – 60 orang, walaupun pemeliharaan dan penggunaannya masih perlu ditingkatkan.
 KRITERIA KEMAJUAN
SD BINTANG 3 : Sekolah Bersih dan Sehat, SD BINTANG 2 : Sekolah Sehat, SD BINTANG 1 : Sekolah Bersih,  SD STANDAR
CAKUPAN 20 SD DI KAB. BIAK NUMFOR (DESEMBER 2016)
14 SD MASIH BERSTATUS SD STANDAR, 5 SD TELAH BERSTATUS BINTANG 1 (*) DAN 1 SD TELAH BERSTATUS BINTANG 2 (**)
Berbagai macam hambatan bermunculan seiring berjalannya program. Hingga saat ini telah ditemukan hambatan (bottleneck) dalam mensukseskan program. Adapun beberapa hambatan tersebut antara lain :
  1. Belum  semua  SD  di  lokasi  intervensi  mengalokasikan  dana  BOS  untuk  pembiayaan  perawatan dan   pemeliharaan sanitasi secara berkelanjutan
  2. Pendidikan PHBS belum disampaikan secara rutin di dalam kelas
  3. Masih  ada  sekolah  yang  menggunakan  sarana  CTPS  pada  waktu  tertentu  saja,  belum dijadikan  alat  untuk membiasakan siswa mencuci tangan pakai sabun secara berkelompok.
  4. Hasil monitoring menunjukkan masih perlunya penguatan pada sekolah terutama kepala sekolah dan guru. Hal ini diperlukan untuk mendorong komitmen sekolah untuk memanfaatkan sarana demi peningkatnan PHBS di sekolah dan peningkatan penganggaran untuk memastikan pemeliharaan sarana sekolah.
  5. Keberlanjutan perilaku masih perlu diperhatikan terutama setelah program Sanitasi Sekolah berakhir.
 LESSON LEARN
Sanitasi  sekolah  merupakan  komponen  penting  yang  masih  dilupakan.  Di  sisi  lain  sekolah merupakan  tempat berkumpulnya  siswa  dan  warga  dalam  kegiatan  proses  belajar  mengajar. Fasilitas  sanitasi  yang  tidak  memadai merupakan  faktor  resiko  terjadinya  berbagai  gangguan kesehatan  termasuk  diare,  DBD  dan  lain  –  lain.  Dengan adanya program Sanitasi Sekolah, telah terjadi perubahan perilaku yang lebih baik pada sanitasi dan hygiene di lingkungan  sekolah. Perubahan  perilaku  ini  juga  mendorong  adanya  peningkatan  sarana  dan  prasarana  STBM  5 Pilar.  Dengan  demikian,  diharapkan,  kondisi  ini  dapat  meningkatkan  kualitas  pendidikan  dan mempercepat pencapaian target Universal Access bagi seluruh masyakarat.
STBM 5 Pilar memerlukan pendekatan pemasaran yang memobilisasi anggota sekolah dan meningkatkan fasilitas sanitasi yang lebih baik.
 REKOMENDASI 
Untuk Pemerintah Daerah / POKJA AMPL
  1. SKPD  yang  terlibat  dalam  sektor  air  bersih  dan sanitasi  perlu  untuk  memerlukan koordinasi yang lebih  kuat,  terutama  dalam  tanggungjawab pemeliharaan  system  yang jelas.  Hal  ini diharapkan mampu  untuk  memastikan  keberlanjutan  akses  bagi masyarakat terutama anggota sekolah.
  2. Memastikan  adanya  tenaga  –  tenaga  terampil  di bidang air dan sanitasi serta kapasitas kelembagaan di  wilayah  Kabupaten  Biak  Numfor  sehingga  proses keberlanjutan PHBS terwujud.
  3. Melakukan kunjungan ke lapangan untuk melakukan monitoring  di  level  sekolah  –  sekolah untuk memastikan peningkatan kapasitas anggota sekolah terhadap STBM 5 Pilar.
Untuk Dinas Pendidikan Setempat
  1. Diperlukan  Surat  Edaran  untuk  pelaksanaan  sanitasi di  seluruh  sekolah  sebagai  turunan dari Peraturan Menteri  Kesehatan.  Hal  ini  dapat  mempermudah  pelaksanaan  peningkatan PHBS  di sekolah  dan   keberlanjutannya.
  2. Perlu adanya penganggaran sanitasi sekolah yang   diambilkan  dari  Dana  BOS  dan  dana alokasi khusus. 
Untuk Dinas Kesehatan Setempat
  1.  Memastikan  peran  Unit  Kesehatan  Sekolah  (UKS)   untuk melakukan pendampingan PHBS bagi siswa – siswi
Untuk Komite Sekolah
  1. Melakukan  pendampingan  untuk  memastikan penganggaran  STBM  sekolah  dalam  rencana anggaran dari dana BOS
  2. Mendorong  guru  untuk  berperan  aktif mempromosikan  PHBS  di  masing  –  masing sekolah

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here